Views: 107

Rendang

Rendang merupakan salah satu kuliner khas Minangkabau yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia, dan bahkan rendang juga dinobatkan oleh CNN 2011 dan 2017, yang mana CNN Go merilis hasil poling bertemakan World’s 50 Best Foods. Hasil poling memposisikan masakan rendang di podium pertama dalam hal makanan terlezat di dunia, dengan mengalahkan bermacam makanan dari negara manapun. Kota Payakumbuh merupakan satu dari kab/kota di Sumatera Barat yang mempunyai banyak produsen rendang. Di Kota Payakumbuh juga terdapat salah satu daerah yang bernama Kampung Rendang.

Dalam Journal of Ethnic Foods (Desember 2017) pada Rendang: The Treasure of Minangkabau, istilah “rendang” berasal dari kata “marandang” yang bermakna “secara lambat”. Makna tersebut merujuk pada lamanya waktu memasak rending yaitu sekitar 3-7 jam pengolahan dengan api kecil diatas kayu bakar untuk menghasilkan tekstur daging yang kering dan aroma rempah yang kuat dengan warna cokelat gelap serta bercitarasa maksimal. Jadi, sebenarnya rendang adalah suatu teknik memasak, bukan nama makanan.

Rendang pada awalnya dibuat menggunakan daging kerbau sebagai bahan utamanya. Bagi masyarakat Minangkabau, masakan dengan bahan daging kerbau biasanya dinikmati dalam acara-acara adat tertentu. dalam buku Rendang Traveler: Menyingkap Bertuahnya Rendang Minang (2012), menduduki kasta yang paling tinggi di antara hidangan lain dan sering disebut sebagai kepalo samba atau induknya makanan dalam tradisi Minangkabau.

Filosofi  yang  terdapat  pada  kuliner  rendang  memiliki  beberapa  unsur disetiap  bahan-bahan  yang  digunakan  untuk  memasak  rendang.  Unsur-unsur tersebut  diantaranya  adalah  bahan  utama  daging  yang  mencerminkan  sebagai prosperity (kesejahteraan),  lalu  dari  segi  bahan  rempah-rempah  mencerminkan enhancement (peningkatan), santan kelapa mencerminkan (penyempurnaan), serta cabai  yang  menggambarkan  sebagai good  lesson (pelajaran  baik)  (Asdhiana, 2017). Terdapat perbedaan dalam mendefinisikan filosofi kuliner rendang.  Salah satunya  bahan  dasar  dalam  pembuatan  rendang  menurut  beberapa  ahli  dapat disimbolkan  yaitu sebagai berikut (Sri Anna Marliyati, Dwi Hastuti, and Tiurma Sinaga, 2013) :

  • Daging, sebagai simbol Niniak Mamak atau dapat diartikan bahwa daging disimbolkan sebagai pemimpin suku
  • Kelapa, disimbolkan sebagai kaum intelektual dikalangan Minangkabau
  • Cabai, dapat disimbolkan sebagai Alim Ulama atau seseorang yang tegas dalam mengajarkan aturan-aturan agama.
  • Bumbu, yang disimbolkan sebagai masyarakat Minangkabau

Dampak Sosial Budaya

Rendang berasal dari orang-orang Minangkabau di Sumatera Barat di Indonesia, yang memasaknya dengan daging kerbau atau sebagai hewan penting dalam budaya Minangkabau, bukan ayam atau daging sapi, seperti yang dikenal sekarang ini. Asal mula resepnya tidak sepenuhnya jelas, sebab India memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya dalam masyarakat Minangkabau, sebagai hasil dari kedatangan pedagang India di kepulauan Indonesia pada abad ke 2, dalam pencarian mineral-mineral seperti emas dan timah. Inilah mengapa adanya anggapan bahwa rendang memiliki hubungan yang dekat dengan kari India. Rendang dianggap sebagai hidangan terhormat bagi orang-orang Minangkabau, dan merupakan manifestasi dari filosofi orang Minangkabau yaitu kesabaran, kebijaksanaan dan ketekunan. Suatu hidangan yang memakan waktu seperti rendang dimasak hanya dalam acara khusus seperti pernikahan atau untuk pengangkatan pemimpin lokal. Sebab, rendang merupakan makanan adat, Mengikuti kebiasaan lokal dan tradisi masyarakat Minangkabau yang hingga kini bisa ditemukan di berbagai daerah hingga mancanegara.

Dampak Ekonomi

Banyaknya peminat terhadap rendang, yang mana dapat meningkatkan pada perekonomian daerah dan juga negara. Rendang yang sudah tersebar di seluruh daerah hingga mancanegara yang membuat banyak peminat yang ingin mencicipi makanan terenak di dunia ini bahkan ingin berdestinasi wisata langsung ke kota asalnya. Hal ini juga didukung bahwa dapat dilihat dari data pusat statistik dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memaparkan 30 mengenai pendapatan ekonomi kreatif Indonesia pada tahun 2016 dengan total sebesar Rp 923 Trilyun atau 7,4% dari total PDB (Mayaratih, 2018). Dari total pendapatan tersebut, industri kuliner memiliki kontribusi yang cukup besar dalam mendorong pendapatan negara yaitu sebesar 41% atau diperkirakan sekitar Rp 382 Trilyun.

Sumber :

  • Pujayanti, A. (2017). Gastrodiplomasi Upaya Memperkuat Diplomasi Indonesia. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR, 8(1), 38-56.
  • Dewangga,  T.  A.  (2017). Meningkatkan  Branding  Negara  Melalui  "Gastro Diplomasi". Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
  • Ardy N, Yulihasri. (2020). Strategi Pengembangan Atraksi Pengolahan Rendang (Marandang) Sebagai Daya Tarik Wisata Gastronomi Di Kampung Rendang Kota Payakumbuh. Jurnal Ekonomi 23 (2) September 2020 (134-154).
  • Badan Pusat Statistik, 2018. Kota Payakumbuh dalam Angka. Payakumbuh : Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id.
  • Asdhiana, I. M. (2017). Filosofi  Rendang  Memikat  Forum  Gastronomi  Dunia.
  • Mayaratih, Y. (2018, Juli 4). Diplomasi Kuliner Nusantara. Gatra.
  • Sri  Anna  Marliyati,  Dwi  Hastuti,  and  Tiurma  Sinaga.  (2013). Eco-culinary Tourism In Indonesia. Bogor: PT. Gramedia Jakarta.
  • Nurmufida, M. Gervasius H, dkk. (2017). Rendang: The treasure of Minangkabau. Journal of Ethnic Foods Volume 4, Issue 4, December 2017, Pages 232-235

Views: 107

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Views: 107