Views: 46

Pempek

Sejarah

Mengutip dari Anita, S.B. (2014:6) bahwa menurut budayawan Palembang Yudhy Syarofie, nama pempek mulai dikenal tahun 1920-an. Tetapi, berdasarkan cerita rakyat, pempek dikenal sejak abad ke-17, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di Kesultanan Palembang Darrussalam. Pada era itu, etnis Cina memang boleh masuk ke Palembang, tetapi mereka tidak boleh tinggal di darat. Mereka hanya boleh tinggal di rakit dan itu harus di Seberang Ulu bukan di Sebarang Ilir yang hanya peruntukkan para bangsawan Palembang. Pada waktu itu, seorang apek atau lelaki tua keturunan Cina berusia 65 tahun yang tinggal di daerah perakitan, suatu kawasan rumah sakit di tepian Sungai Musi, merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah banyaknya di tepian Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipinding. Dia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain, yakni mencapur daging ikan giling dengan tepung sagu agar menghasilkan makanan baru. Makanan baru itu kemudian dia jajakan bersama para apek lain dengan berkeliling kota. Penjualnya dipanggil dengan sebutan “Pek…Apek”, makan makanan tersebut akhirnya dikenal sebagar pempek (Kartika & Harahap,2019).

Menurut pemerhati sejarah Palembang, KMS H. Andri Syarifudin, pada masa Kesultanan Palembang, pempek disebut kelesan. Kelesan merupakan panganan adat dalam Rumah Limas yang mengandung sifat kegunaan tertentu. Dinamakan kelesan karena makanan ini dikeles atau disimpan lama. Kelesan dibuat asli oleh orang Palembang tetapi dijual oleh orang Tionghoa yang ada di Palembang. Pada zaman colonial di tahun 1916, ada kerjasama antara orang Palembang asli dengan orang Tionghoa yang masa itu keliling menjajakan kelesan karena dianggap pintar berdagang. Pembeli memanggil dengan kalimat “Pek..empek, mampir sini!”. Empek dalam KBBI online berarti bapak/laki-laki yang sudah tua. Karena ini akhirnya makanan kelesan lebih dikenal sebagai pempek. Sejarah ini ditulis dalam buku pengarang Akib, R.H.M. (1975) Sejarang dan Kebudayaan Palembang Tentang Adat Limas Palembang (Kartika & Harahap, 2019).

Budaya

Pempek Palembang dijadikan menjadi produk budaya yang istimewa karena bukan hanya bisa dilihat, melainkan juga bisa dirasakan. Saat pempek dan cuko yang pedas masuk kedalam mulut seseorang, secara social penikmat pempek telah berusaha mengenal lebih akrab dengan Palembang (wong kito yang artinya kita semua/satu saudara) dan juga sebagai konstruksi dalam membangun identitas kelokalan (Kartika & Harahap, 2019)

Geografi

Wilayah Palembang terbagi atas kawasan dataran tinggi, dataran rendah dan Pulau Bangka-Belitung. Wilayah yang luas ini banyak ditemukan sungai-sungai besar dan kecil, rawa-rawa di dataran rendah serta laut/selat yang memisahkan daratan Palembang dengan Pulau Bangka-Belitung adalah kawasan yang sangat kaya akan hasil perikanannya. Oleh sebab itu menangkap ikan merupakan mata pencaharian utama penduduk dan ikan menjadi bahan makanan utama (Farida, 2009).

Secara geografis, Palembang memang penghasil ikan dan tepung tapioka yang cukup besar sehingga untuk mengadopsi kebudayaan bawaan itu, dibuatlah pempek. Pempek yang menjadi ikon kota Palembang dan menjadikannya “Kota Pempek” dalam kajian budaya, secara filosofis dan geografis memang terikat sekali. Pempek yang berbahan dasar ikan sungan cocok bagi lidah orang Palembang yang merupakan “orang-orang sungai” (Tabloid Desa, 2017)

Sumber:

Desti. (2020, September 24). Tingkatkan Ekonomi Rakyat, 53 Pedagang Pempek Dibekali Ilmu Pemasaran. Intens.News. https://intens.news/tingkatkan-ekonomi-rakyat-53-pedagang-pempek-dibekali-ilmu-pemasaran/

Harahap, N. (2020). Adaptasi Berbasis Budaya dan Sosial Masyarakat (Studi Kasus Etnis Tionghoa di Kota Palembang). JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, 12(1), 220. https://doi.org/10.24114/jupiis.v12i1.16031

Tasmalinda. (2019, October 1). Mendongkrak Kuliner Khas Palembang Mendunia | Ekonomi. Gatra. https://www.gatra.com/detail/news/448133/ekonomi/-mendongkrak-kuliner-khas-palembang-mendunia

Suryaningrum, T. D., & Muljanah, I. (2009). PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PEMPEK PALEMBANG. Squalen Bulletin of Marine and Fisheries Postharvest and Biotechnology, 4(1), 31. https://doi.org/10.15578/squalen.v4i1.145

Kartika, T, & Harahap, Z. (2019). The Culinary Development of Pempek as a Gastronomic Tourist Attraction in Palembang, Sumatera Selatan. TOURISM SCIENTIFIC JOURNAL, VOLUME 4 NOMOR 2. https://doi.org/10.32659/tsj.v5i2

Fajriansyah, A. (2020, September 18). Pempek, dari Makanan Tentara Sriwijaya ke Makanan Rakyat. Kompas.Id. https://interaktif.kompas.id/baca/pempek-dari-makanan-tentara-sriwijaya-ke-makanan-rakyat/

Tabloid Desa. (2019, October 1). Mendongkrak Kuliner Khas Palembang Mendunia | Ekonomi. Gatra. https://www.gatra.com/detail/news/448133/ekonomi/-mendongkrak-kuliner-khas-palembang-mendunia Farida, F. (2009). PEREKONOMIAN KESULTANAN PALEMBANG. Jurnal Sejarah Lontar, 6(1), 12. https://doi.org/10.21009/lontar.061.02

Views: 46

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Views: 46